Kamis, 04 Juni 2015
ASAL MULA LAPANGAN LIMUNO
ASAL MULA NAMA LAPANGAN LIMUNO TELUK KUANTAN
BY: YOPI LATUL PRISA
Cerita
ini terjadi di sebuah desa yang bernama Teluk Pinang Sebatang, sekarang
bernama Koto Taluk. Teluk Pinang sebatang terletak di seberang Sintuo.
Sintiao
zaman dahulu adalah ibukota Kerajaan Kuantan, pindahan dari Ibukota
Kerajaan Kandis yang berpusat di Padang Candi dekat kota Lubuk Jambi
sekarang.
Menurut
sejarah kedatangan Sang Sapurba pewaris tahta kerajaan Sriwijaya, dalam
rangka kunjungannya pada akhir abad ke 14, Sang Sapurba sampai di
kerajaan Kuantan. Kerajaan Kuantan pada waktu itu tidak mempunyai Raja
tetapi diperintah oleh pembesar-pembesar kerajaan, yang masing-masing
mempunyai daerah kekuasaan yang disebut dengan istilah Luhak. Di dalam
kerajaan ada dua pembesar yang terkenal yaitu Datuk Perpatih dan Datuk
Ketemanggungan. Untuk membangkitkan semangat melayu Raya, Sang Sapurba
mengajak Datuk perpatih dan Datuk Ketemanggungan mengunjungi negeri
Merapi, yang pada zaman Kerajaan Sriwijaya merupakan daerah kekuasaan
kerajaan Sriwijaya. Kedua pembesar kerjaan Kuantan, Datuk Perpatih dan
Datuk Ketemanggungan diangkat, jadi pembesar di kerajaan negeri Merapi
yang sangat disegani dalam kerajaan. Sang Sapurba diganti oleh
Aditiyawarman, keturunan Dara Jingga dari kerajaan Melayu Darmasraya
yang diperkirakan mempunyai hubungan erat dengan Sang Sapurba. Pada
tahun 1347 Adtiyawarman telah dikukuhkan sebagai Raja di kerajaan negeri
Merapi dengan mendapat persetujuan dari Datuk Perpatih dan Datuk
Ketemanggungan. Berdasarkan sistem adat yang telah tumbuh dan berkembang
yang dibina Datuk Perpatih dan DatukKetemanggungan membagi kerajaan 4
luhak yang berkuasa di Rantau Kuantan.
Luhak-luhak yang terkenal itu ialah:
1. Luhak Empat Koto di Atas
2. Luhak Limo Koto di Tonga
3. Luhak Empat Koto di Hilir
4. Luhak Empat Koto di Mudik
Tempat kejadian cerita ini ialah Luhak Koto di Tonga yang terdiri dari Limo Federasi, yaitu :
1. Kari
2. Taluk Kuantan
3. Siberakun
4. Simandolak
5. Siobuyo
Koto
Taluk dengan struktur pemertntah yang berdasarkan adat yang mempunyai
empat suku. Masing-masing suku diperintah oleh seorang penghulu.
Penghulu dibantu oleh monti dan dubalang.
Sumpah
seratih telah banyak terlangkahi. Sumpah seratih adalah kesepakatan
yang wajib dipatuhi dan ditaati. Perjanjian yang telah disepakati, tidak
pernah ditepati, pepatah orang Tanaku yang berbunyi : "janji berdosa
mungkir, titian binasa lapuk". Menurut orang Tanaku orang yang banyak
mungkir janji berarti dia telah banyak dosa. Janji yang banyak
dimungkiri adalah : "kalau ada anak yang lahir tua dari bapaknya, harus
diberikan kepada orang Tanaku untuk kemakmuran Tanaku. Istilah sekarang
adalah anak haram (orang Tanaku adalah orang bunian). Pepatah telah
diubah oleh orang sekarang, yang berbunyi "janji biasa mungkir titian
biasa lapuk. Sekarang ini kalau diperhatikan, diamati, bentuk-bentuk
pelanggaran janji itu masih diungkapkan oleh burung-burung seperti
burung tuwai berbunyi malam hari, dan ayam berkokok diwaktu senja, atau
harimau mengganas, pertanda anak manusia atau masyarakat ada yang hamil
di luar nikah atau berbuat serong.
Pertanda-pertanda
seperti ini yang terjadi dilingkungan sudah mulai tidak diperhatikan
lagi. Dulu kalau masyarakat/petani turun ke sawah, mereka memperhatikan
beberapa tanda-tanda seperti:
- Memutihnya bunga taborau
- Memerahnya bunga mbacang
- Bertelur burung-burung templong
- Timbulnya bintang tiga pada bulan purnama.
Kebohongan pertanda-pertanda itu disebabkan ulah manusia juga.
Pada
zaman dahulu orang desa mendapat buah-buahan dari dalam hutan. Sekarang
orang desa membeli buah-buahan dari pasar. Kalau dahulunya orang desa
sesat di hutan belantara, sekarang orang desa sesat dalam kota besar
metropolitan.
Cerita ini berwal dari kisah seseorang pemuda yang bernama Ali Gepar.Ali gepar berasal dari Koto Taluk Kuantan, ia
tersesat dalam hutan dan tidak tahu lagi mana arah yang akan dituju,
mana jalan yang akan ditempuh. Kepada siapa akan bertanya, kepada siapa
akan menghimbau. Berteriak besar-besar tidak ada yang akan menjawab.mau
tidak mau selamatkan diri dari ancaman penghuni hutan atau rimba raya.
Akhirnya
Ali Gepar sampai ke sebuah negeri atau desa yang penduduknya terdiri
dari orang-orang Tanaku (orang Bunian) yang adat istiadat sangat berbeda
dengan orang kita, mereka orang Bunian yang populernya disebut jin.
Ali Gepar sebagai manusia normal, ia jatuh cinta kepada seorang gadis tanaku, Rayuan anak batin Tanaku ini diterimanya dengan senang hati, yang penting baginya diri selamat di rantau orang.
Pergaulan mereka akhirnya berbuah menjadi pergaulan cinta asmara. Ali Gepar
menerima kehadiran cinta ini dalam hutan belantara. Tapi suatu rasa
selalu mengejarnya, bahwa perkawinannya harus direstui oleh kedua orang
tuanya, maka ia harus minta izin dulu kepada ayah dan ibunya di koto
Taluk Kuantan.
Dengan persetujuan kedua calon mertuanya, All Gepar diantarnya ke Koto Taluk. Dengan harapan, perkawinan Ali Gepar dengan anaknya akan mendapat restu dari kedua orang tua Ali Geper.
Tapi rencana sering tidak sesuai dengan kenyataan. Setelah Ali Gepar sampai di desa Koto Taluk, ia di sambut dengan ratapan dan tangisan yang membawa Ali Gepar
kepada perubahan menolak Cinta Suci Murni yang telah tertanam
dihatinya. Semakin cintanya kepada gadis Tanaku telah tumbuh dengan
subur. Pohon cintanya telah berurat berakar dihati gadis lugu orang
Tanaku. Tiba-tiba perubahan itu berubah.
Janji
yang telah diikrarkan dihapusnya dengan tinta kebencian. Semboyan orang
Tanaku : "Berjanji berdosa mungkir, titian binasa lapuk", orang-orang
Tanaku sangat teguh dengan janji. Memungkiri janji bagi mereka adalah
suatu dosa yang sulit untuk dihapus.
Bagi
Ali Gepar, semua itu sudah menjadi angin lalu. Restu ayah dan bunda
lebih berharga dari cinta. Di satu pihak teguh, dengan janji. Dan
dipihak lain Ali Gepar, taat kepada berindah ayah dan bundanya. Sehingga
kedua pandangan ini tidak mungkin bertemu. Musyawarah tidak ada lagi
diadakan. Orang Tanaku mengambil jalannya
sendiri dengan cara penganiayaan terhadap orang Koto Taluk, yaitu
memakan ternak dengan wujud harimau, membunuh orang dan hewan-hewan
peliharaan.
Mengganasnya
orang Tanaku tak seorangpun mengetahui usul-usulnya. Hal ini merupakan
rahasia yang terselubung. Hanya dukun atau pawanglah yang mengetahuinya.
Kemelut cinta antara keluarga yang berbeda agama, berbeda kebudayaan, diakhiri dengan terperangkapnya seekor harimau yang berubah
wajahnya dengan seorang gadis cantik. Melihat kejadian yang menakjubkan
itu, seluruh yang hadir membisu seribu bahasa, alam menjadi tenang,
para penghulu semuanya terdiam, maka salah seorang dari penghulu berkata
"kenapa kalian semuanya "bermuno" saja, tidak ada yang berkata. Oleh
masyarakat Taluk Kuantan "bermuno" dan pada akhirnya disebut
dengan "limuno". Semenjak itulah tempat atau lapangan yang dijadikan
oleh masyarakat Koto Taluk untuk membuat perangkap harimau dinamakan
dengan "Lapangan Limuno" yang sampai saat ini dipergunakan sebagai
tempat-tempat kegiatan.
Dengan
teperangkapnya gadis cantik dari Tanaku itu semua desa menjadi gempar.
Penduduk yang tidak pergi melihat bearti ketinggalan rugi. Kejadian ini
meninggalkan kesan yang dalam sekaligus mengakhiri kemelut cinta antara
Ali Gepar dengan gadis Tanaku, yang dapat menimbulkan perjanjian yang
terkenal dengan sumpah seratih antara orang Tanaku dengan orang desa Koto Taluk Kuantan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar